Sudah beberapa bulan ini aku punya arubaito (kerja part time) baru: mengajar bahasa Indonesia orang dewasa di sebuah language academy. Kalau biasanya cuma ngutek-utek dan ngajar anak-anak, itu pun sudah lama sekali nggak dilakuin, kegiatan rutinku tiap hari Minggu jadi yaa ngajarin kakek itu.
Nama beliau pak Hirata, seorang pengusaha mebel asli Jepang tapi sudah sering ke Indonesia. Beliau sering bepergian ke Indonesia dalam rangka mengembangkan bisnisnya. ย Bahkan kalau tidak salah, dua atau tiga dari empat menantu beliau adalah orang Indonesia!
Nah, kemampuan bahasa Indonesia pak Hirata ini sudah tergolong jago menurut saya. Selama kegiatan belajar pun kami hanya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahasa Jepang yang digunakan sebatas arigatou seusai pelajaran saja. Metode belajar dengan beliau pun tergolong yang tidak memberatkan otak saya (hehe). Setiap pekan beliau akan membuat sebuah tulisan/artikel tentang kebudayaan atau keadaan masyarakat Jepang dalam bahasa Indonesia. Tugas saya hanya mengecek dan memberikan masukan padanan kata yang tepat. Setelah itu beliau akan membaca sebuah artikel berbahasa Indonesia dari buku yang ย kubawa. Dari situ kami akan membahas kata-kata apa saja yang tidak dimengerti dan mengecek pemahaman beliau. Mudah bukan?
Oh ya, biasanya ketika mengadakan trial lesson dengan calon siswa aku selalu menanyakan pelajaran model apakah yang dibutuhkan, kemampuan/target apa yang ingin dicapai. Dengan begitu akan lebih mudah bagi kita untuk menentukan bahan ajar dan metode yang akan digunakan. Seperti pada kasus pak Hirata, aku menggunakan buku berbahasa Indonesia yang isinya terdiri dari kumpulan artikel dengan bahasa yang gado-gado, mulai dari yang bahasa bagus sekali tapi mudah dimengerti, yang njlimet, bahkan ada yang berisi kata-kata gaul zaman sekarang atau bahasa Jawa yang banyak dipakai masyarakat Indonesia. Ini karena pak Hirata memang menginginkan belajar bahasa baik yang formal maupun tidak formal, katanya sih biar enak ketika berkomunikasi dengan berbagai kalangan ๐
Harus buka-buka buku pelajaran bahasa Indonesia lagi!
Beda pak Hirata, beda dengan pak Nakamura. Baru saja kemarin aku mengadakan trial lesson dengan pak Nakamura. Beliau adalah pegawai sebuah perusahaan otomotif yang beberapa kali mengadakan perjalanan ke Indonesia. Informasi yang kudapatkan sebenarnya minim sekali: level bahasa Indonesia beliau masih dasar. Sejujurnya, aku sering tidak percaya dengan informasi yang cuma segini, karena definisi dasar tiap orang itu berbeda-beda.
Dan kenyataannya..memang begitu. Pak Nakamura meskipun dibilang dasar ternyata dasarnya tidak dasar-dasar amat. Bahkan pertanyaan yang beliau ajukan pun membuat saya mulai pekan ini sepertinya harus rajin-rajin membuka situs-situ belajar bahasa Indonesia. Contoh pertanyaan beliau: imbuhan me-kan itu maknanya apa? Menggunakannya bagaimana? Kenapa katanya menyayangi itu harus ada i-nya di belakang? Kenapa begini-begitu..? Ah, untung saja beliau nggak tahu kalau nilai bahasa Indonesiaku itu rata-rata!
Sejauh ini, pengalaman mengajar bahasa Indonesia adalah salah satu pengalaman yang bisa dibilang berharga banget. Dengan mengajar, baik ketika mengajar anak-anak ataupun orang dewasa, aku jadi merasa harus terus belajar dan nggak meremehkan apapun itu termasuk hal-hal yang (dulunya) kuanggap super biasa aja (alias gak perlu diperhatiin banget). Sekarang, jadi merasa betul kalau belajar (apapun itu asal baik) harus sungguh-sungguh. Mau agama, mau biologi, mau bahasa Indonesia, karena ya..who knows kalau tahu-tahu ilmu tata bahasa Indonesia pun diperlukan juga pas udah di luar negeri.
Anyway, intinya ngajar bahasa Indonesia di LN tuh.. seru, menantang, bikin aku bangga sebagai orang Indonesia (wow ternyata ada yang butuh belajar bahasa kita euy!) dan lebih sadar kalo aku, orang Indonesia, juga harus pintar berbahasa Indonesia ๐
Akhir kata…targetku: Membuat belajar bahasa Indonesia itu mudah dan menyenangkan nggak kayak matematika (eh).