Kajian: Ketika Cinta Bersemi

pink-love-blooms-tv1
Sumber gambar: di sini

Bismillah

Apa itu cinta?

Kasih sayang?

Rasa yang tak bisa diungkapkan?

Menurut Ibnu Qayyim,

“Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; membatasinya justru akan menambah kabur maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak dapat dilukiskan hakikatnya secara jelas , kecuali dengan kata cinta itu sendiri.” (1)

Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi setiap manusia kecintaan terhadap lawan jenis, anak-anak, harta, kendaraan, rumah yang megah,…

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” QS Ali Imran: 14

Inilah yang kita sebut sebagai cinta yang menjadi tabiat manusia.

Tentang Cinta..

Pertama, ia adalah amalan hati, bukan definisi lisan. Sebagaimana amalan hati yang lain, ia akan tampak pada perilaku orang yang merasakannya.

Kedua, cinta yang diridhai Allah adalah cinta yang mendorong pada ibadah dan ketaatan.

Inilah cinta yang mencapai taraf ibadah, kecintaan yang Allah inginkan.

Ummu Yasir memberi contoh,

Jika kekasih kita memberi kita apa-apa yang kita senangi, kita merasa cinta kepadanya yang katanya mencintai kita, padahal katakanlah baru dua tahun dia sering memberi kita barang-barang dsb.

Lalu, apakah kita lupa bahwa Allah memberi apapun yang kita minta, memelihara kita, sejak kita lahir hingga detik kita hidup saat ini?

Bukankah itu tanda Allah mencintai kita? Lalu mengapa banyak orang yang justru melalaikan cinta-Nya? Mengapa banyak yang melanggar larangan-Nya?

Katakanlah Allah melarang kita mendengarkan musik, yang itu sesungguhnya untuk kebaikan kita karena dengan banyak mendengarkan musik kita akan terlalaikan dari membaca Al-Qur’an

“Tidak akan bisa bersatu musik dan Al-Qur’an” -Ibnul Qayyim

Jika memang kita mencintai Allah, maka bersegeralah, bergegaslah memperbanyak tilawah AL-Qur’an, bergegaslah mendahulukan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan.

Ketahuilah bahwa cinta Allah lebih dari cinta seorang ibu pada anak dalam susuannya. Padahal ketika kelak menjadi ibu, engkau akan merasakan rasa sayang yang sangat saat menyusui anakmu. Maka, tidakkah kau ingin bergegas mencintai Allah?

Ketiga, cinta yang berbentuk kefasikan dan maksiat

Dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobi dalam kitab “Qoulul Mufid fi Adillati Tauhid” ada beberapa jenis cinta termasuk di antaranya cinta yang menjadi tabiat manusia, cinta tauhid dan cinta syirik.

Contohnya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya ada cinta yang merupakan tabiat manusia. Nah, kemudian ada orang-orang yang cinta berbentuk tabiat tersebut yang akhirnya melalaikan dari kewajiban inilah cinta yang maksiat.

Lihatlah kisah nabi Sulaiman ‘alaihi salam yang menyembelih kuda-kuda kecintaannya karena kuda tersebut melalaikannya dari Allah. Ia move on karena Allah dan subhanallah, digantikan untuknya dengan angin kencang yang menjadi kendaraannya.

Maka ingatlah,

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363) (2)

Masih dalam bahasan cinta yang berbentuk kefasikan dan maksiat,

Ada cinta tabiat yang sampai-sampai ia samakan cinta kepada Allah dengannya. Contohnya, seseorang yang jatuh cinta dengan lawan jenis sehingga kecintaannya pada kekasihnya sama besar dengan cintanya pada Allah. Inilah cinta yang berubah menjadi cinta yang syirik, wal ‘iyadzubillah..

Cinta tersebut bisa mengantarkannya pada zina, yang sudah diketahui bahayanya amat banyak, di antaranya:

  1. Bertentangan dengan syariat
  2. Membuat tidak jelas nasab keturunannya
  3. Menghilangkan kehormatan

Padahal, ada empat tiket masuk surga bagi seorang wanita yang jika ia menjaganya ia akan bebas memilih masuk surga:

  1. Dengan menjaga sholatnya
  2. Menjaga puasa di bulan Ramadhan
  3. Menjaga kemaluannya
  4. Mentaati suaminya

Nah, agar bisa menjaga diri dari zina, marilah kita mengenal pintu-pintu zina

  1. Al-Lahazhat (Pandangan mata)

Pandangan pertama memang halal, tapi yang selanjutnya dilarang. Maka segeralah beristighfar setelah menatap melewati batas yang diperbolehkan. Perempuan adalah fitnah terbesar bagi laki-laki, demikian pula laki-laki bisa menjadi fitnah bagi wanita (misalkan saja mas-mas artis Korea itu).

Jangankan kepada laki-laki yang tampangnya bak artis-artis Korea, seorang ustadz/da’i saja bisa menjadi fitnah bagi wanita. Beliau mengisahkan ada seorang perempuan yang berkonsultasi kepada ustadz, si perempuan ini mengatakan hatinya senantiasa berbunga-bunga tanda cinta setiap kali melihat wajah ustadz tersebut di video kajian. Sehingga oleh ustadz tersebut diminta agar si wanita menjaga pandangannya, bila perlu hanya mendengar suara saja dan menutup layar yang mempertontonkan video kajian ustadz tersebut. Inilah salah satu contoh pentingnya hijab antara laki-laki dan perempuan.

2. Al-Khatharat (Pikiran yang melintasi benak)

Seringkali dari pandangan itu akan ada yang melintas di pikiran wanita, menyebabkan cabang pikiran yang bermacam-macam, rasa gelisah, galau, gundah, kalau makan kepikiran si dia, dsb.

3. Al-Lafadzot (Kata-kata yang terucap)

Berhatilah dengan kata-kata, hati-hati juga dengan modus “cinta karena Allah” “cinta yang Islami” dst. Berawal dari chatting dakwah modus, sok saling mengingatkan sholat dhuha/tahajjud, lama-lama bisa berujung pada pertemuan berdua dan bisa berakhir dalam zina. Wal ‘iyadzubillah.

4. Al-Khuthuwat (Langkah nyata untuk sebuah perbuatan)-(dalam buku “Jangan Dekati Zina” dari Ibnul Qayyim Al -Jauziyyah terdapat empat hal di atas, tapi saya agak lupa apakah Ummu Yasir menyebutkan yang terkakhir ini atau tidak)

Ketika Zina Jadi Biasa

“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik.” (HR. Bukhari)

Di zaman sekarang ini fenomena zina, pacaran, menjadi hal yang sudah biasa. Demikian juga dengan khamr yang dijual bebas di minimarket, dsb. Banyak pula kaum wanita yang berusaha menghalalkan sutra untuk suaminya. (Saya terlewat beberapa penjelasan di sini) Ummu Yasir menekankan kembali tentang hukum musik yang dilarang dalam agama Islam. Hendaknya berhati-hati dari menjadi bagian orang-orang yang lisannya suka menggumamkan musik. Bagaimana jika nyawanya dicabut sedangkan ia tengah melantunkan musik? Sudah banyak sekali contoh orang-orang yang dihalangi dari mengucapkan kalimat tauhid, dan justru melantunkan lirik-lirik lagu di saat sakaratul maut. Wal ‘iyadzu billah.

Batasan Dalam Bergaul

  1. Hindari menatap lawan jenis dan auratnya
  2. Jangan pernah bermudah-mudahan dalam berduaan, karena yang ketiga adalah setan
  3. Jangan bepergian dengan lawan jenis lebih dari sehari-semalam tanpa ditemani mahram dari pihak wanita
  4. Jangan berjabat tangan dengan lawan jenis bukan mahram, apalagi yang lebih dari itu. Kadang, kita ini terlalu banyak menggunakan perasaan. Ngerasa nggak enakan dan sebagainya. Padahal kalau kita sudah menangkupkan tangan dari awal, pihak lelaki tuh pasti ngerti artinya kita tidak berjabat tangan dengannya.

Kiat Agar Mendapatkan Jodoh Sholih

  1. Ubahlah diri jadi pribadi yang sholihah.

Jika ingin mendapat suami yang tidak suka kepo-kepo akun media sosial wanita, janganlah suka kepo-kepo akun media sosial pria! Jika ingin mendapatkan pria yang suka belajar agama, rajinlah belajar agama.

2. Berdoalah pada Allah dan bersikaplah realistis

Jangan kemudian memasang target harus hafidz 30 juz, sholih, dari jurusan yang terkenal, atau sudah harus bekerja, dsb tanpa memandang pada kompetensi diri sendiri dan sdm yang ada. Jika begitu terus, kapan dapatnya.

3. Terus bekali diri dengan ilmu

Ilmu agama yang bermanfaat karena kelak kita akan menjadi ibu, madrasah pertama bagi anak-anak kita. Kalau hari ini kita acuh-tak acuh dengan ilmu agama, bagaimana nanti kita akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan anak kita yang kritis tentang Allah dan lainlainnya?

Sebaliknya, jangan jadikan ilmu syar’i sebagai alasan terhambatnya skripsi. Karena ada banyaaak akhwat di luar sana yang ngaji ilmu syar’i dan sekaligus bisa tetap berprestasi di kampusnya.

4. Menjalin komunikasi dengan orang sholih

Jika kita belum bisa menjadi sholihah, maka mendekatlah terus dengan orang-orang sholihah. Bisa jadi, mereka bisa menjadi wasilah/perantara bagi kita untuk mendapatkan jodoh yang sholih misal dengan cara minta dikenalkan, dsb.

5. Menempuh langkah-langkah yang syar’i, dengan ta’aruf→nadzor→khitbah→akad

6. Bertawakkal

7. Tetap husnudzon ketika gagal.

Artinya, orang tersebut bukanlah orang yang terbaik untuk kita. Allah sedang menyiapkan yang jauuh lebih baik untuk kita nanti.

Sesi Q&A

Q1: Bagaimana jika seseorang move on/berhijrah dari pacaran bukan karena Allah tapi karena rasa depresi ditinggalkan oleh mantan kekasihnya yang move on duluan? Apa yang harus ia lakukan untuk hijrahnya? Apakah Allah akan menerima taubat yang demikian?

A1: Yang harus ia lakukan adalah memperbaiki niatnya. Niat yang tadinya berhijrah karena ditinggal pacar, menjadi berhijrah karena Allah. Katakan ke dalam dirinya bahwa saat ini ia berhijrah benar-benar karena Allah. Masalah niat ini memang harus senantiasa diperbarui. Sufyan Ats-Tsauri saja, beliau senantiasa mengantongi kertas yang mengingatkan dirinya agar meluruskan niatnya ketika akan pergi mengajar. Di tengah jalan, dibukanya kertas tersebut agar ia ingat. Sepulang mengajar pun ia membukanya kembali. Semata-mata agar ia terhindar dari penyakit riya’.

Kemudian, ia harus menyesali apa yang telah ia lakukan dan berusaha bersungguh-sungguh dalam hijrahnya, taubat nasuha. Hendaknya ia selalu berdoa, meminta pada Allah agar taubatnya diterima. Sungguh, Allah senantiasa membuka pintu taubat bagi hamba-Nya, Ia membentangkan tangan-Nya di pagi dan sore hari bagi orang yang bertaubat. Dan Allah Maha Pengampun.

Q2: Bagaimana menjaga agar cinta (kepada lawan jenis agar tidak menjadi cinta terlarang) baik ketika itu sudah bersemi maupun ketika belum bersemi?

A2: Ketika belum bersemi di sini mesti terjadi ketika seseorang masih anak-anak, misalkan belum puber. Nah, tugas orang tua adalah mengajarkan anaknya agar menjaga diri. Pengalaman Ummu Yasir sendiri, beliau mempersiapkan anaknya dengan mengenalkan apa yang akan terjadi ketika seorang anak perempuan mengalami puber nanti. Kurang lebih beliau mengatakan,

“Nak, ketika kamu haid, puber nanti, kamu akan mengalami ini dan itu (termasuk menyukai laki-laki). Maka sampaikan ke Ummi kalau kamu sudah menyukai laki-laki. Namun kalau belum ada tidak usah mencari-cari.”

Untuk itulah orang tua sangat perlu dengan ilmu parenting. Jika memang perlu belajar kepada orang lain, belajarlah.

Sedangkan bagi perempuan yang cintanya sudah bersemi, sudah mengenal rasa suka kepada lawan jenis, hendaknya ia menjaganya dengan segera menikah. Jika memang bisa ya segeralah menikah, dengan membuat surat ta’aruf (cv ta’aruf). Jika memang belum bisa, maka perbanyaklah berpuasa dan menyibukkan diri dengan aktifitas yang diridhoi Allah. Karena kebanyakan, ketika kita tidak menyibukkan diri dengan aktifitas yang bermanfaat, setan akan memanfaatkannya untuk membuat pikiran kita gelisah, galau, dsb.

Q3: Bagaimana jika seorang perempuan bekerja sebagai guru di sekolah dasar umum (bukan sekolah Islam) yang di sana ada ikhtilat sehingga sulit menjaga pandangan?

A3: Memang seharusnya perempuan tidak bekerja di tempat yang terdapat ikhtilat di sana. Jika memang itu adalah sekolah Islam, bisa diusulkan untuk memisah guru laki-laki dan perempuan. Jika tidak, maka kembali ke penanya untuk mempertimbangkannya. Karena hal yang melanggar syariat itu pada asalnya akan menimbulkan kegelisahan, hingga ketidaknyamanan. Ya terkadang kita ini terlalu takut padahal rezeki kita sudah diatur oleh Allah. Padahal kita ini sudah tercukupi kalaupun tidak bekerja (cukup suami yang bekerja). Yang ada kita seringnya mencari keinginan, bukan kebutuhan.

Q4: Ketika ta’aruf tentu kita belum mengenal pasangan ta’aruf kita, sehingga terjadi kebimbangan, pikiran-pikiran, apakah dia baik untukku? Apalagi pernikahan kan sesuatu yang hanya sekali seumur hidup?

A4: Tentu saja ketika ta’aruf itu kita belum mengenal si dia. Dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Tetapi, jika sudah menempuh langkah-langkah ta’aruf yang benar, sudah istikharah, kemudian nadzor dan tidak ada masalah, maka mantapkanlah hati. Banyak-banyak berhusnudzon pada Allah. “Insyaa Allah ia adalah pilihan Allah yang terbaik untukku”, “Dia adalah orang yang sholih”, maka akan Allah jadikan sebagaimana sangkaan kita pada Allah. Hindari banyak-banyak suudzon.

Di tengah hari-hari hujan Jogjakarta, 21 Januari 2018

Kajian di Masjid Nurul Ashri bersama Ustadzah Azizah Ummu Yasir

Semoga kita senantiasa dikuatkan untuk menjaga diri serta dianugerahkan jodoh yang sholih lagi mushlih 🙂

Catatan kaki (beberapa hadits dan perkataan ulama yang saya tidak bisa melihat jelas tulisannya di presentasi Ummu Yasir karena gak bawa kacamata XD, saya coba search lagi dgn sumber berikut):

  1. http://alsofwah.or.id/cetakannur.php?id=87
  2. https://rumaysho.com/9596-meninggalkan-sesuatu-karena-allah.html

4 komentar pada “Kajian: Ketika Cinta Bersemi”

Komentar saya...