Sabtu Terakhir di Masjid Nagoya

Hari ini saya resmi bertukar.

.

.

.

Enggak ding.

Hari ini saya resmi mengenalkan adik kelas saya dari MAN Insan Cendekia, Farah Fairuz Zahirah kepada geng ibu-ibu masjid, sekalian berpamitan pada beliau-beliau. Meski sayang sekali ada yang tidak bisa bertemu, dan saya tetap mewek.

Ibu-ibu masjid menyebut momen hari ini pertukaran pelajar, pasalnya saya harus pulang dan Fai harus tinggal. Dengan memperkenalkan Fai kepada geng ibu-ibu dan kegiatan masjid Nagoya, saya merasa sedikit lega. Setidaknya, saya meninggalkan adik kelas saya dengan kenalan yang insyaallah bisa jadi perantara Allah untuk menjaganya selama masa studi empat tahun ke depan.

Setelah merasakan kehidupan empat tahun di Nagoya, saya sendiri merasa ngeri seandainya saya ditempatkan seorang diri seperti Fai (tanpa teman muslimah dalam satu angkatan). Fai yang datang, saya juga ikut deg-degan. Alhamdulillah, empat tahun lalu saya datang bersama beberapa teman lain, termasuk kak Icha sehingga masih ada yang mengingatkan saya soal jadwal sholat, tentang menjaga makanan, pergaulan, mengajak diskusi soal permasalahan ibadah/ilmu agama, dll. Benar-benar tak terbayang, apa jadinya kalau saya terseret arus pergaulan? Apa jadinya kalau kak Ndari dan kak Tiwi enggak mengenalkan saya pada komunitas muslimah di masjid?

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihat.

.

.

Selamat berjuang, Fai. Kamu enggak perlu ‘bertukar’ menjadi aku, karena kamu adalah kamu. Selamat meneruskan perjuangan. Selamat menebar kebaikan, semoga penjagaan Allah senantiasa membersamaimu.

Komentar saya...